Kamis, 31 Mei 2012

Catatan Tentang Cikal Bakal GEMA NIAS

GEMA NIAS dalam Sebuah Tulisan

Oleh : Arif Kristian Lawolo, SKM

Tidak terasa, Generasi Muda Nias (GEMA NIAS) telah berdiri lebih 2 tahun, banyak cerita yang ingin ceritakan, banyak suka duka yang telah dijalani, tawa dan kesedihan juga mewarnai. Sebelum semuanya hilang dalam ingatan dan tak ada lagi orang yang bisa menceritakan, ada baiknya saya sebagai salah satu pendiri, BPH Pusat periode pertama dan yang sampai saat ini masih berkiprah disana menceritakannya, walau tak semua terperinci dalam tulisan ini, namun bisa menggambarkan gambaran umum tentang cikal bakal pembentukkan GEMA NIAS.
Sebenarnya saya tidak punya keberanian untuk menulis ini, karena saya bukanlah seniman yang pintar merangkai kata, dan saya juga bukan penulis yang handal yang pintar memilih kata yang tepat tapi saya hanya manusia biasa yang hanya mampu berkata apa yang pernah terjadi sebelum pembentukkan GEMA NIAS.
Akhir Agustus 2009 menjadi awal perjalanan sebuah organisasi yang saat itu belum dinamai mulai melangkah. Sekumpulan pemuda/i berdarah Nias baik mahasiswa yang kuliah di USU, UNIMED, UMI, STIKES MI, Poltekkes maupun beberapa alumni yang masih tinggal di Medan berkumpul bersama di Jalan Bahagia Gang Pelita 37 Padang Bulan membicarakan satu hal yakni melakukan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengumpulkan pemuda Nias yang ada di Kota Medan dan sekitarnya. Perkumpulan yang dilakukan oleh pemuda Nias ini akhirnya menghasilkan suatu kesepakatan yakni mengadakan kebaktian bersama. Rencana melaksanakan kebaktian inipun terlaksana pada tanggal 12 September 2009 di Gedung Solagratia Padang Bulan dan dilayani oleh Pdt. E. Harefa dan menampilkan beberapa kegiatan (Vocal Solo dan Vocal Group). Melihat antusias dan semangat dari pemuda/i yang hadir tersebut, semangat untuk mengadakan kebaktian serupa terus membara dan akhirnya dilaksanakan lagi pertemuan di halaman perpustakaan USU dan jumlah yang hadirpun semakin bertambah yakni mahasiswa yang kuliah di USU, UNIMED, UMI, STIKES MI, Poltekkes, STIKES SU, UNIKA dan beberapa alumni yang masih tinggal di Medan. Pertemuan ini menghasilkan suatu kesepakatan untuk membentuk tim kerja pelaksana, tim kerja tersebut terdiri dari Yamanotona Hulu (Koordinator Umum), Fajar Sehati Mendrofa (Koordinator Acara), Winnel Vlorida Daely (Koordinator Administrasi dan Penerima Tamu), Arif Kristian Lawolo dan Suartri Weli Krismeinar Harefa (Koordinator Publikasi) serta Desvita Harefa (Koordinator Peralatan). Tim kerja melaksanakan tugasnya dengan baik yakni mempersiapkan kegiatan kebaktian bersama dan hasil kerjanya berbuah manis dimana pada tanggal 3 Oktober 2009 di Gedung Solagratia Padang Bulan terlaksana kebaktian bersama yang dilayani oleh Bapak Fotarisman Zalukhu, SKM, MPH dan juga menampilkan drama tentang gambar diri anak yang tidak diharapkan.
Antusias dan semangat pemuda/i Nias ini semakin membara dan menghasilkan ide cemerlang yakni membentuk suatu wadah tempat berkumpulnya pemuda/i Nias untuk memikirkan suatu kegiatan yang berguna membangun kekompakkan pemuda/i Nias, mengembangkan bakat dan talenta yang dimiliki serta memikirkan sesuatu hal yang bisa dilakukan untuk Nias tercinta. Ide cemerlang tersebut muncul saat pertemuan di Jalan Mandolin 27 Padang Bulan dan sebagai tindak lanjutnya adalah dilaksanakan pertemuan yang membahas tentang pembentukkan Panitia Khusus (PANSUS) yang akan memimpin pertemuan-pertemuan selanjutnya dan memikirkan kegiatan-kegiatan yang hendak dilakukan bersama. Rapat tentang pembentukkan PANSUSpun terlaksana dan menetapkan 7 orang anggota PANSUS yang berasal dari pemuda/i yang saat itu hadir dan mewakili masing-masing stambuk dan anggota PANSUS tersebut adalah Eferius Gea, STP (mewakili stambuk 2004), Feriaman Laoli, S.Sos dan Adil Triani Daeli, SP (Mewakili stambuk 2005), Elsa Rosa Mariano Gemis (Mewakili stambuk 2006), Yamanotona Hulu (Mewakili stambuk 2007), Radius Seantero Zalukhu (Mewakili stambuk 2008) dan Markus Fondaradodo Harefa (Mewakili stambuk 2009).
Anggota PANSUS yang telah terpilihpun melaksanakan tugasnya yakni melaksanakan pertemuan-pertemuan dengan pemuda/i Nias, memikirkan konsep Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) serta memikirkan cara pemilihan pengurus, jumlah pengurus dan departemen-departemen yang dibutuhkan.
Waktu terus berjalan dan kinerja PANSUS pun mulai kelihatan, pertemuan terus dilaksanakan yang menghasilkan kesepakatan membentuk organisasi kepemudaan yang dinamai Generasi Muda Nias (GEMA NIAS), membuat AD/ART, dan memilih pengurus yang akan melaksanakan kegiatan GEMA NIAS selanjutnya. Badan Pengurus Harian (BPH) yang dipilih ini berdasarkan kesepakatan dan hasil musyawarah bersama, jumlah dan tugas-tuganya diatur dalam AD/ART. BPH yang dipilih ini terdiri dari 14 orang yakni 7 orang BPH Pusat dan 7 orang koordinator departemen, nama dan jabatannya dapat dilihat di bawah ini :
BPH Pusat
Ketua Umum                                                               : Yamanotona Hulu
Ketua I                                                                         : Jhon Meitan Jaya Zebua
Ketua II                                                                       : Jonathan Anugrah Lase
Sekretaris Umum                                                         : Elsa Rosa Mariano Gemis
Sekretaris I                                                                   : Suartri Weli Krismeinar Harefa
Bendahara Umum                                                        : Arif Kristian Lawolo
Bendahara I                                                                 : Anne Irene Lase

Koordinator Departemen
Departemen Kerohanian                                              : Bobi Hepi Syukur R. Mendrofa
Departemen Pendidikan dan litbang                           : Markus Fondaradodo Harefa
Departemen Pengkaderan dan Pengembangan SDM  : Ferry Meiman Gunawan Waruwu
Departemen Sosial Budaya dan Kreaktifitas               : Fajar Sehati Mendrofa
Departemen Humas dan Publikasi                               : Surya Dewi Magdalena Zebua
Departemen Keuangan                                                : Juang Setiadi Nazara
Departemen Bagian Umum dan Kesekretariatan        : Selvu Julnita Kristiani Nazara



 Arif K. Lawolo, SKM

Setelah ke 14 orang BPH terpilih, selanjutnya bersama-sama dengan PANSUS memilih anggota dari masing-masing departemen.
Pemilihan BPH telah selesai namun kegiatan persiapan pembentukkan GEMA NIAS belum selesai, PANSUS terus bekerja bersama-sama dengan BPH yang baru terpilih, pekerjaan yang dilakukan antara lain mendaftarkan organisasi di badan hukum dan mempersiapan pelantikkan.
Tepat tanggal 28 Oktober 2009 menjadi tanggal yang sangat bersejarah bagi GEMA NIAS karena hari ini tepatnya peringatan sumpah pemuda ke 81 menjadi tanggal pelantikkan pengurus GEMA NIAS yang pertama dan ditetapkan menjadi hari lahirnya GEMA NIAS.
Demikianlah yang saya bisa ceritakan tentang cikal bakal GEMA NIAS, semoga dapat menjadi gambaran bagi para pembaca. Cerita-cerita tentang GEMA NIAS akan segera diluncurkan, semoga menjadi catatan yang penting dan dapat diabadikan. Tidak hanya menjadi kenangan namun menjadi pengalaman yang indah bagi setiap kita baik anggota GEMA NIAS yang ikut berkarya maupun para pembaca.
Ya’ahowu

 

Jumat, 25 Mei 2012

Berjuang Meraih Impian

Salam Kegerakan,

Apa Visi Kita ? : Nias Berubah !!!

Berbicara tentang Nias Berubah, bukanlah sesuatu hal yang baru didunia GEMA NIAS. Perubahan yang dilakukan dimulai dari diri sendiri (cara berbicara, cara menghormati orang lain dan beberapa kebiasaan kecil lainnya).

Sobat, tahu kah.. bahwa dalam menciptakan sebuah perubahan ada banyak mimpi-mimpi yang kita tuliskan dan rindu untuk kita kerjakan bersama-sama,
Nah... seperti apakah mimpi-mimpi pahlawan perubahan di GEMA NIAS..??

Yuppzzz... kita baca rangkaian mimpi-mimpi di bawah ini : (dimulai dari saya saja deh),,, :)


Welly Harefa

Dari dulu saya berharap menjadi seorang penulis dan saya lagi mengusahakan untuk bisa meraihnya, meskipun saat ini banyak kesibukan yang membuat saya tidak bisa melanjutkan tulisan-tulisan yang pernah saya buat. Kedua, rencananya saya mau mendirikan sebuah taman kanak-kanak (TK)/ Play Group untuk saya mengaplikasikan keinginan saya agar putra/putri Nias mengenal pendidikan dari kecil. Ketiga, saya pengen banget bisa buat perpustakaan kecil (pos baca) buat anak2 Nias klu boleh sih join ma yang punya mimpi buat cafe (biar sekalian) hohohohoohohoh...., dan 1 lagi tempat permainan. Klu bagian pekerjaan saya lebih senang klu kerja di perkantoran.. (klu boleh, jadi kepala dinas atau bagian admin lah)... Nah.. yang begitu-begitu..........

Fajar Mendrofa : 
Hmm... yg satu ini jago tuk diberi tugas mendadak tuk jadi presenter. Tentu saja, karena dia mencintai dunia entertainer. Selain itu dia juga pengen jadi pengusaha disto, membuka percetakan dan menjadi ketua PMI. 1 Lagi, Abang kita ini, pengen melanjut S2 di Eropa...... "ntar pada berbahasa, hy... how are you..?? cihuiiii

Emon Larosa :
Siapa yang mau jadi manager..?? nih dia, Mas Emon dengan kerinduannya menjadi manager pertanian, klu qm cinta pertanian.... join ja ma bg Emon, Ok

Idealisman Telaumbanua :
Footsal is my hobby, dari sebuah hobby menjadi sebuah mimpi. Saudara kita yg satu ini mau jadi pengusaha lapangan futsal.., Hhehehhehehe (ntar klu GEMA NIAS yang main, gratis yaaaaaa)

Joko Telaumbanua :
Terinsipirasi dari kalimat, buku adalah jendela dunia. Mas Joko, juga rindu suatu saat bisa membangun perpustakaan, heheheheh (akhirnya aku dapat kawan). Hayooo semangat..!!!!

Tonis Harefa :
Ntar setelah lulus kuliah, katanya pengen jadi pengusaha yang dapat membantu peningkatan perekonomian Nias. Hmmmzzzz, boleh juga tuh...

Elvin :
Klu ada yang dapat info PNS, kabari Elvin ya.... dia pengen jadi PNS, tapi.... mau jadi profesor dulu, ce ile... jadi ingat ma dosen ku di kampus...........

Benita :
Ada yang lagi sakit..?? klu penyakitnya berhubungan dengan badan... kunjungi ja klinik Benita ya, doakan ja biar ga bayar biaya jasa dan obat-obatan.. hehehhehehe

Jonatan :
Pengen jadi pengusaha, okelah...!!!!

Anton :
Mau belanja baju..??? ntar kunjingi aja butik Anton Lase, uang parkir gratis, hahahahaha.

Trisman :
idih... jiwa sosialnya tinggi banget. katanya nih, Trisman mau buat panti asuhan. Semangat ya Trisman.,,,

Betzy :
Pernah berpikir tuk buat Nias Idol..?? Klu pernah, ntar kerjasama ma betzy aja yah. Betzy mau berencana buat event Nias Idol. (hzzz). Selain tuh, mau buat kelompok paduan suara.. (aq, maulah ikutan biar bisa keliling dunia) hahahahaha, and the last.... Betzy dah lama banget idam2kan jadi seorang DOSEN.. jangan pelit-pelit nilai ya pak Betzy,

Teo Laia :
Ke depan berencana membuat sebuah puskesmas.. amin amin

Hening Halawa :
Katanya, mau jadi PNS, dan wisuda secepatnya... "jangan lupa makan-makan yah hening"....

Nirmala :
Hmmmzzz, mau belajar not biar bisa ciptakan lagu, keren kan..?? dan 1 lagi Nirmala pengen jadi DOSEN, hehehehehe

Rizal :
Mas rizal, pengen buat sekolah bertaraf internasional.. (hmmzz) doakan yah...., dia juga pengen jadi pengusaha.

Mercy :
Mendirikan klinik mandiri dan jadi Dosen

Selvi :
Menjadi karyawan BANK, PNS tentunya mau melanjut S2, cayooooo..!!!

Endang :
Jadi antropolog sejati, buat toko kue, mengembangkan pariwisata Nias, (hmzzz, ada yang mau join..????

Citra :
Penggennya punya mesin pencetak uang (heheheh), pengen S2 di luar negeri, punya museum budaya dan membuka taman kanak-kanak.. (yg blm TK ntar TK nya pas Citra buka TK aja) hehehehehhe

Merta :
Ke depan bisa punya puskesmas, jadi Kadis, buat studio musik dan olahraga, jadi trainer, buka yayasan bagi kel. prasejahtra.. (ada yang mau ikut sekolahnya...????) atau mau jadi gurunya..???

Jun :
Jadi duta besar, ntar mau jadi DOSEN, buka restoran, studio musik dan 1 lagi Buat perpustakaan.........




Keren kan..?? siapa lagi yang masih blm punya impian..???
Hmmzzz, hari gini gak punya mimpi..???
jangan berhenti bermimpi selagi gratis..,
dan... jangan lupa juga harus meliris jalan untuk meraihnya, okey...

Semangat,

Welly Harefa




Minggu, 06 Mei 2012

Sejarah Suku Nias


NIAS INDAH ANDALAN SUMATERA
(NIAS)

Persembahan untuk Nias tercinta
Ma'owai ita fefu
Yahowu ...!!! 

Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di pulau Nias. Dalam bahasa aslinya, orang Nias menamakan diri mereka "Ono Niha" (Ono = anak/keturunan; Niha = manusia). Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan kebudayaan yang masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut fondrakö yang mengatur segala segi kehidupan mulai dari kelahiran sampai kematian. Masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya megalitik dibuktikan oleh peninggalan sejarah berupa ukiran pada batu-batu besar yang masih ditemukan di wilayah pedalaman pulau ini sampai sekarang.

Asal Usul

Menurut masyarakat Nias, salah satu mitos asal usul suku Nias berasal dari sebuah pohon kehidupan yang disebut "Sigaru Tora`a" yang terletak di sebuah tempat yang bernama "Tetehöli Ana'a". Menurut mitos tersebut di atas mengatakan kedatangan manusia pertama ke Pulau Nias dimulai pada zaman Raja Sirao yang memiliki 9 orang Putra yang disuruh keluar dari Tetehöli Ana'a karena memperebutkan Takhta Sirao. Ke 9 Putra itulah yang dianggap menjadi orang-orang pertama yang menginjakkan kaki di Pulau Nias
Penelitian Arkeologi telah dilakukan di Pulau Nias sejak tahun 1999 dan hasilnya ada yang dimuat di Tempointeraktif, Sabtu 25 November 2006 dan di Kompas, Rabu 4 Oktober 2006 Rubrik Humaniora menemukan bahwa sudah ada manusia di Pulau Nias sejak 12.000 tahun silam yang bermigrasi dari daratan Asia ke Pulau Nias pada masa paleolitik, bahkan ada indikasi sejak 30.000 tahun lampau kata Prof. Harry Truman Simanjuntak dari Puslitbang Arkeologi Nasional dan LIPI Jakarta. Pada masa itu hanya budaya Hoabinh, Vietnam yang sama dengan budaya yang ada di Pulau Nias, sehingga diduga kalau asal usul Suku Nias berasal dari daratan Asia di sebuah daerah yang kini menjadi negara yang disebut Vietnam.
Penelitian Balai Arkeologi Medan menguak jejak peradaban manusia pertama di Sumatera Utara. Jejak kehadiran manusia tergambar dari temuan arkeologis seperti sisa-sisa vertebrata (tulang dan gigi).
Lokasinya di sebuah goa pada ketinggian 175 meter di atas permukaan laut di Desa Lölöwönu Niko’otanö, Kecamatan Gunung Sitoli, Kabupaten Nias.

Temuan lain dari perut goa yang dikeruk hingga kedalaman 4 meter, yaitu alat-alat batu yang berkarakter paleolitik, di antaranya serpih batu, batu pukul dan pipisan dan mata panah dari batu dengan panjang 2,5 sentimeter. Bukti peradaban masa lalu yang paling menarik adalah penemuan batu andesit berbentuk lonjong dengan karakter sebagai pemukul, batu pukul dan alat atau spatula berbahan tanduk dan cangkang moluska.
Analisis yang dilakukan terhadap penemuan itu, menurut peneliti Balai Arkeologi Medan Ketut Wiradnyana, sangat absolut. Hasilnya menakjubkan, sudah ada manusia yang tinggal di Nias, khususnya di Goa Tögi Ndrawa, Desa Lolowonu Niko’otanö sejak 12 ribu tahun silam dan berlangsung terus-menerus hingga berkisar 1150 Masehi. Umur kehidupan manusia pertama di Pulau Nias itu dihitung dengan metode radio carbon atas sampel moluska. Manusia pertama yang tinggal di dalam goa memanfaatkan biota marin khususnya yang berada pada kawasan mangrove.

Hal itu dapat dibuktikan, kata Ketut, dari tumpukan cangkang moluska yang banyak ditemukan dari dalam lobang penggalian situs. Budaya yang ada pada manusia pertama di Nias itu sama persis dengan budaya prasejarah yang terdapat di wilayah Vietnam (Hoabinh). Kemungkinan lain dapat ditarik jika masa paleolitik di Pulau Nias memiliki waktu yang relatif sama dengan masa Paleolitik di daerah Indonesia (Nusantara) lainnya. Saat itu migrasi manusia di nusantara sebagian diyakini berasal dari daratan Asia. Manusia masa paleolitik kemudian berkembang cara hidupnya sejalan perkembangan otaknya ke masa mesolitik, neolitik, megalitik sampai sekarang.



Penelitian etnologis-antropologis tentang Nias telah berumur lebih 100 tahun. Tetapi sejak seratus tahun pula tidak banyak lagi yang terjadi. Kini Johannes Hämmerle ikut meramaikan dunia penelitian etnologis-antropologis tentang Nias tersebut dengan publikasi yang patut mendapat pujian.

***

Dengan buku “Asal-Usul Masyarakat Nias. Suatu Interpretasi” (2001), Pater Johannes telah meramaikan dunia ilmiah dengan tese baru. Apakah tese tsb.?
Tese tsb. hanya mau mengatakan, bahwa menurut keyakinan saya, orang Nias merupakan satu masyarakat yang multi-etnis. Tempo hari ada teman yang hendak mengoreksi judul buku saya menjadi “Asal usul suku Nias”. Tentu saja kutolak koreksi itu. Justru itu yang hendak dikatakan: Tiada satu suku Nias yang homogen. Yang menghuni pulau Nias sekarang ialah satu masyarakat yang terdiri dari sekian banyak suku atau etnis.

Jadi orang Nias yang sekarang bukanlah penghuni pertama Pulau Nias?
Bukan! Untuk sementara tak seorang pun mengetahui tempat tinggal penghuni Nias yang pertama pada zaman purbakala. Tiada pula orang yang mengetahui ciri khas penghuni pertama dan dari mana etnis pertama itu. Besar kemungkinan, bahwa keturunan dari penghuni pertama kini masih ditemukan di Nias, tetapi pasti tidak lagi sebagai satu suku yang hidup terpisah dari suku lain, melainkan sudah membaur dengan etnis-etnis lain yang kemudian memasuki pulau Nias.
Kemungkinan alternatif lain adalah:
» penghuni pertama tsb. telah meninggalkan Pulau Nias dan melanjutkan perjalanan ke pulau-pulau lain, atau
» telah musnah oleh wabah, atau
» telah dimusnahkan oleh suku-suku lain yang memerangi mereka.

Pater juga mengansumsikan, bahwa yang biasa disebut “Suku Nias” itu, sebenarnya terdiri dari beberapa “etnis”?
Menurut asumsi saya, Pulau Nias ini tak pernah terisolir 100%. Karena itu diandaikan, bahwa Pulau Nias telah berkontak dengan dunia luar. Adalah kenyataan, bahwa sepanjang tahun arus lautan di antara deretan pulau-pulau di sebelah Barat Daya Sumatera dan Pulau Sumatera sendiri mengarah ke arah Tenggara. Tak heran, kayu balok dari Singkil di Sumatra Utara sering terdampar di Nias. Kalau kayu balok bisa terdampar di Nias, mengapa perahu-perahu layar tidak dapat terdampar di situ pula?
Tidak tertutup kemungkinan, bahwa pada zaman glasial terakhir terdapat juga orang yang memasuki Nias dengan berjalan kaki. Karena pada zaman glasial belum ada Pulau Nias. Yang ada pada waktu itu adalah daratan Nias yang menyatu dengan daratan Sumatera dan seterusnya sampai Malaysia. Besar kemungkinan, bahwa dari waktu ke waktu ada pendatang baru di Nias, dan asal usul mereka sering dari etnis yang berbeda.

Bagaimana kisahnya Pater sampai pada ide, bahwa “bela” kemungkinan penghuni pertama Pulau Nias?
Saya tak pernah mengatakan secara definitif, bahwa “bela” adalah penghuni pertama. Tetapi “bela” kemungkinan tergolong di antara penghuni pertama Pulau Nias. Saya sampai pada ide, bahwa “bela” dapat diperhitungkan sebagai salah satu suku penghuni pertama Nias, berdasarkan pertimbangan-pertimbangan berikut:
a. Ada kemungkinan, bahwa anggapan “bela” sama dengan “albino” (suatu penyakit kekurangan pigmen, yang terdapat di seluruh dunia) merupakan salah pengertian. Jadi “bela” sebagai suku jauh berbeda dengan “albino”.
b. Di Sumatera Utara terdapat juga satu suku “primitif” yang disebut “belah” (bahasa Nias tidak pakai konsonan penutup). Siapa tahu, ada kaitannya dengan “bela” di Nias?
c. Sumber-sumber teks otentik, mulai dari Sulaiman (th. 851) s/d. Ibn Al-Wardi (th. 1340) bicara tentang banyaknya kaum di Nias yang berbeda-beda.
d. Ciri khas orang “bela”, mereka hidup di atas pohon, berkulit putih dan elok badannya.

Adakah tradisi lisan, mitos, atau sejenisnya yang memperkuat tese ini?
Tradisi lisan sangat mendukung tese ini. Saya paling dibantu dalam hal ini oleh Ama Rafisa Giawa dari desa Orahili di hulu sungai Gomo, tetapi juga oleh nara sumber lainnya di Nias Tengah. Menurut tradisi lisan, keenam putra dari ibu Sirici diturunkan di tempat yang berbeda-beda. Mungkin hal ini merupakan petunjuk, bahwa cara hidup ke-6 keturunan ini berbeda pula. Seorang di antara mereka jatuh di atas pohon, artinya kelompok tsb. hidup di atas pohon. Petunjuk lainnya adalah adanya dua silsilah keturunan di Nias (zwei Stammbäume), seperti telah didengar oleh para misionaris 130 tahun yang lalu. Silsilah pertama secara global dan sangat singkat melukiskan suku-suku yang telah mendiami Pulau Nias, mungkin sejak ribuan tahun. Sedangkan silsilah kedua mengandaikan manusia (“Niha”), yang baru ratusan tahun yang lalu memasuki Pulau Nias.

Apakah ada juga bukti ilmiah tentang hal ini?
Temuan ilmiah di bidang arkeologi berikut bisa dijadikan sebagai bukti ilmiah: Dalam buku Gua Tögi Ndrawa, Hunian Mesolitik di Pulau Nias. Berita Penelitian Arkeologi. No 8 – Balai Arkeologi Medan, 2002, Ketut Wiradyana menguraikan hasil penelitian arkeologis di Nias. Antara lain dikatakan: Pada garis besarnya, situs Gua Tögi Ndrawa dapat disebut sebagai bentuk hunian tertutup masa mesolitik. Tetapi penemuan arkeologis lain di sungai Muzöi digolongkan dalam paleolitik akhir atau awal mesolitik. (hlm. 68).
Petunjuk ke arah bukti ilmiah lain bisa diharapkan dari ilmu linguistik. Umpamanya Ibu Dr. Lea Brown dari Australia sudah banyak menaruh perhatian pada penelitian tata bahasa di Nias Selatan.
Bukti ilmiah lainnya kita diharapkan keluar dari hasil dari penelitian DNA, yang saat ini sedang berlangsung. Prof. Dr. med. Ingo Kennerknecht dari Westfälische-Wilhelms-Universität, Münster, Jerman, dengan bekerja sama dengan Museum Pusaka Nias, Gunungsitoli, telah mengumpulkan sampel DNA dari 785 orang Nias. Karena jumlah penduduk Nias sekitar 700.000 orang, itu berarti per 1.000 orang Nias sudah terdapat satu sampel DNA. Saat ini sedang dipersiapkan Bank Data DNA orang Nias. Penelitian DNA seterusnya di institut khusus di Berlin, Leipzig atau Köln masih menyusul. Penelitiannya berjalan lambat, karena biaya mahal. Biaya penelitian satu sampel DNA adalah 500 

Sumber : Nias Online